Cerita Sex Kamar Ini Menjadi Saksi Bisu Tempat Aku Ngentot Dengan Dua Pembantu Muda
Cerita Dewasa - akan membagikan Cerita panas selingkuh dan
bercinta dengan pembantu muda masih perawan dan asisten rumah tangga
sudah janda di kamar dengan judul “ Kamar Ini Menjadi Saksi Bisu Tempat
Aku Ngentot Dengan Dua Pembantu Muda ” yang tidak kalah serunya dan
dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati.
Aku
adalah seorang kepala keluarga yang boleh di bilang bahagia, karena aku
mempunyai seorang anak yang lucu dan seorang isteri yang setia, seksi
dan cantik, lengkap sudah kehidupanku karena aku ditunjang oleh
pekerjaan yang cukup mapan.
Anakku
masih kecil kurang lebih berusia 3 tahun, istriku juga seorang pekerja
yang ulet namun tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai isteri,
dalam mengasuh anak, memasak dan tentu memanjakan saya, suaminya.
Isteriku dibantu oleh 1 orang perawat (baby sitter) dan 1 orang pembantu
wanita, keduanya masih muda, si baby sitter berusia 24 tahun dan
bernama Nani seorang janda ditinggal mati kecelakaan.
Tingginya
sekitar 160 cm, badannya berkulit putih bersih dan agak seksi, kalau
menggunakan rok suster agak ketat dan berwajah manis, sedangkan si
pembantu berusia sekitar 20 tahun bernama Srimiatun, dengan panggilan
Sri, dia masih gadis, tingginya kurang lebih 150 cm berkulit agak gelap
wajahnya, yah.. biasa saja seperti orang desa kebanyakan.
Cerita
ini berawal dari ketika isteriku ditugaskan oleh kantornya ke Belanda
untuk mengikuti suatu pendidikan management (karena kantor pusat
isteriku ada di sana) selama kurang lebih 2 pekan. Awalnya isteriku agak
keberatan karena harus meninggalkan si kecil selama itu, namun setelah
dukunganku akhirnya dia rela meninggalkan anakku, dan juga dia merasa
yakin karena Nani menguasai penuh keinginan anakku.
Hari
pertama setelah kepergian isteriku, aku pulang lebih awal karena aku
harus menggantikan isteriku untuk mengawasi si kecil. Pada saat aku
sampai di rumah, langsung aku menuju kamar anakku, kutengok dia ternyata
sedang tidur berpelukan dengan Nani, karena aku selalu gemes dengan
anakku, aku langsung mencium anakku. Pada saat aku mencium anakku,
tanganku secara tidak sengaja menyenggol badan Nani, sehingga dia
bangun.
“Oh..
Bapak, maaf Pak tadi saya bobo sama Donny karena dia minta dikeloni..”
saat itu wajahku sangat dekat dengan Nani, kuperhatikan bibirnya yang
basah dan hembusan nafasnya sangat terasa.
Pada saat itu bangkit naluri kelaki-lakianku, “Nan.. kamu cantik! ” itu ucapanku yang terlontar begitu saja.
“Ah.. Bapak bisa aja..”
Tanpa dikomando, aku langsung merengkuh bahunya dan langsung kuhisap bibirnya dengan ganas.
“Mmmph.. Pak.. ntar Donny bangun..”
“Ayo kita pindah aja ke kamarku..” langsung kutarik tangannya.
“Pak jangan gandeng begini, ada Sri lho!” dia mengingatkanku.
“Iya deh aku tunggu ya di kamar..”
Aku langsung ke kamar, masuk ke kamar mandi, cuci-cuci seadanya, buka baju dan celana serta melilitkan handuk.
Tidak lama kemudian Nani mengetok dan membuka pintu.
“Sini,
dekat saya sini..” kupeluk Nani. Nani membalas pelukanku, aku sangat
tidak sabar, kucium, kulumat bibirnya yang basah, “Pak.. udah lama.. Pak
nggak ciuman..” suaranya gemetar menahan gejolak.
“Nan.. buka bajumu, aku pingin tidur sama kamu..” pintaku.
“Nani juga mau kok Pak..”
Tubuhnya
begitu indah, dadanya yang kencang tidak terlalu besar, pantatnya ranum
bulat, kulitnya bersinar berkeringat menahan nafsu, kemaluannya bersih
dengan bulu lembut namun jarang. Aku tidak tahan, kurebahkan dia di
tepian ranjangku, kujangkau pahanya, dan aku berlutut di depan
kemaluannya, langsung kujulurkan lidahku, “Oooh.. agh..” erangannya
membuatku semakin gila menghisap klitorisnya.
“Achh..
Pak.. terus Pak.. ahh..” dia mulai berteriak kecil, tangannya meraih
kepalaku dan ditekannya terus ke lubang kenikmatannya. Pada saat itu
juga dia berteriak sambil melingkarkan pahanya di pundakku, “Achh..
achh.. achh..” lidahku terus menjilat dan menusuk, walau air asin
mengalir ke dalam tenggorokanku.
Saat
yang tepat sekarang adalah mengeluarkan batang kemaluanku dari
mulutnya. Aku mulai naik ke ranjang berusaha untuk menghadapkan
kemaluanku ke bibirnya lalu kuoleskan ujung kemaluanku pada bibirnya
yang basah. Pada saat itu pula Nani langsung meraih batang kemaluanku
dan memasukkannya ke mulutnya. Oh, hangat sekali mulutnya, dia mulai
mengulum kepala kemaluanku, dengan penuh semangat kuraih kepalanya untuk
terus mengulum naik turun.
Sekitar
10 menit aku dikulum dengan berbagai gaya, saat aku akan mencapai
klimaks, kulepas penisku dari mulutnya, dan kuarahkan pada vaginanya,
“Achh.. Pak, besar sekali Pak.. sakit..” aku tidak perduli, kuakui
memang walau dia janda namun vaginanya sempit, kupaksa terus dan,
“Bless..” aku berhasil masuk, dengan kondisi sudah agak basah, agak
mudah jadinya mengayun keluar masuk penisku.
Lima menit kami bersenggama secara konvensional, saat aku akan orgasme, dia berteriak lebih dahulu.
“Pak.. achh.. achh.. ouhgghh.. uff..”
Mulai terdengar kecipak ayunan penisku, selang 5 detik, aku semprotkan maniku ke dalam tubuhnya, “Ahh.. oohh..”
“Pak.. enak sekali Pak..” suaranya masih bergetar, langsung kupeluk dan kucium dahinya.
“Sudah,
kamu keluar sana nanti Donny bangun kamu nggak tau,” langsung dia masuk
kamar mandi dan keluar dengan menggunakan bajunya.
“Makasih.. Pak..”
Pada
keesokan harinya, aku sengaja tidak masuk kerja untuk mencari
kesempatan lagi, namun baru ingat ternyata Donny harus pergi ke Play
Group tentu bersama Nani. Ketika aku keluar kamar, Nani sudah siap pergi
bersama Donny. Yach, tinggal aku dengan perasaan menyesal tidak pergi
ke kantor.
Selesai
mandi aku ke meja makan, Sri mengantar kopi manisku, dengan tersenyum
dia berkata, “Pak, ini kopi manisnya. Maaf Pak.. celana dalam Bapak
kemarin terbawa mungkin sama Mbak Nani ke kamar.. tadi pagi saya
bersihkan kamar nemu ini Pak.” sambil dia menunjukkan celana dalamku
yang kugantung di kamar mandi kemarin.
Wajahku merah, “Kok bisa sampe sana?” tanyaku.
“Kan kemarin siang Mbak Nani di kamar Bapak agak lama, mungkin waktu itu..”
“Sudah.. sudah..” potongku.
“Kamu ngintip ya..?” tanyaku menuduh.
“Maaf
Pak, kemarin pintunya nggak dikunci, saya liat pas Bapak di atas Mbak
Nani, saya liatnya juga karena Mbak Nani teriak, saya pikir Mbak Nani
kenapa gitu..” seperti petir di siang bolong jawabannya menyesakkanku.
“Ya udah kalo kamu udah liat.. apa kamu pingin digituin kayak Nani?” tanyaku kesal.
“Bapak mau sama saya? Saya kan jelek Pak!”
“Nggak..
kamu nggak jelek, sekarang bersihin dulu kamar, terus kamu tiduran di
kamar saya ntar saya susul, saya mau minum kopi dulu, jangan lupa buka
baju ya.”
Setelah
minum kopi aku beranjak menuju kamar, kulihat dia bersandar di tempat
tidur bertelanjang badan, kulitnya bersih walau gelap, dadanya tidak
seindah milik Nani, namun bulu kemaluannya lebat sekali, dan yang jelas
sangat merangsang.
“Kenapa kamu pingin juga?” tanyaku memancing.
“E..
anu Pak.. ee.. Mbak Nani sering cerita kalo orang udah kawin itu
enaknya waktu tidur bareng, waktu barangnya suami kita masuk ke lobang
kita.. wah Pak, Mbak Nani sering cerita yang gitu-gitu, saya jadi
pengen, tapi kan saya belon kawin.. jadi ya cuman denger aja, pas
kemaren saya lihat Bapak, kan Bapak bukan suami Mbak Nani, tapi bisa
dimasukin juga, lha saya kan juga pengen Pak..”
“Ya udah.. sini emut nih barang Bapak.” sambil kusodorkan penisku yang sudah mengembang keras.
“Ohh..
enak juga kamu..” mulutnya monyong ketika penisku kutarik, lalu
kumasukkan lagi. Sengaja aku tidak mau melumat kemaluannya karena terus
terang aku tidak begitu suka rambut tebal.
Jariku
mulai memainkan klitorisnya, lalu kuhisap puting susunya, benar-benar
gadis, dadanya padat, keras, mancung, baru sebentar kumainkan
klitorisnya dan kuhisap susunya dia menggelinjang. “Achh.. Pak enak
banget..” dijepitnya tanganku dengan menyilangkan kedua belah pahanya.
Penisku
sudah licin dengan ludahnya, aku tidak sabar lalu kusodokkan penisku ke
dalam vaginanya yang juga sudah dibasahi air klimaksnya. Pelan-pelan
kusodok, dia berteriak kecil, sempit sekali, lalu kedua pahanya kuangkat
dengan tanganku hingga berada di atas pundakku, mulailagi kusodok, dia
menangis kesakitan.
Sambil
menggigit bibir aku mulai mengayun berputar di permukaan agar
lubrikasinya bertambah banyak. Lalu dengan hentakan tiba-tiba kudorong
ke depan dan, “Achh.. ampun Pak..” teriakan tadi sempat mengejutkanku
namun penisku sudah tertanam dengan hangat di dalam vaginanya. Kubiarkan
penisku diam tertanam, aku mulai nafsu tinggi dengan pembantuku yang
satu ini, dengan penuh rangsangan aku mulai mencium dan melumat
bibirnya, lehernya, dadanya, kuhisap dan kujilat seluruh wajahnya.
Terus
terang dengan suara rintihan tadi aku bernafsu sekali dengannya, tidak
terasa penisku mulai ada sambutan dari vaginanya, ototnya mulai menjepit
penisku, aku yakin dia pun sudah tidak merasakan nyeri, mulai aku
mengayun naik turun, ternyata Sri sangat basah vaginanya, karena aku
merasakan licin di sekitar penisku.
Tiba-tiba..
“Pak.. enaak.. Pak.. Pak.. achh.. uhh.. Pak.. terus.. achh..” dia
orgasme dengan cairan yang hangat membasahi lagi penisku. Aku pun tidak
kuat menahan gejolak spermaku. Kutumpahkan semua dalam vaginanya. “Sri..
oh.. oh.. ach.. Sri..” kusemprotkan berulang-ulang. Aku merasa puas
meskipun aku lebih puas dengan Nani, tapi aku lega bisa diberikan
pelayanan yang sempurna oleh Sri, pembantuku.
Nani
dan Sri selalu bergantian melayaniku selama istriku pergi, aku selalu
menggauli Nani saat malam hari ketika sedang menidurkan Donny, dan Sri
selalu melayaniku setiap pagi di kamar pada saat aku minta diantarkan
baju kantor yang telah disetrika. Keduanya mempunyai ciri khas yang
hampir sama, pada saat orgasme mereka selalu menutupi wajahnya dengan
bantal, takut teriakannya terdengar.
Setelah istriku pulang, aku selalu berharap agar dapat dilayani Sri dan Nani lagi pada saat aku pulang siang dari kantor. END